Di desa kecil di bawah langit biru,
Di mana sawah hijau terbentang luas,
Ada mimpi yang tumbuh dari tanah yang keras,
Mimpi seorang anak desa, bercita-cita besar.
Ia berjalan di jalan berbatu,
Menyusuri harapan di balik debu dan peluh,
Meskipun kata-kata sinis menebar pilu,
Ia tetap teguh, dengan tekad yang tak pernah runtuh.
“Dari mana kau berani bermimpi tinggi?”
Tanya mereka yang mengukur mimpi dengan uang,
Tapi sang anak tahu, mimpi tak terukur materi,
Mimpi lahir dari hati, dan semangat tak pernah hilang.
Hari demi hari ia berjuang,
Buku dan pensil menjadi senjatanya,
Dalam doa dan air mata, ia menguatkan langkah,
Menuju gerbang kampus yang memanggil namanya.
Kami mempunyai mimpi yang besar,
Tak terbatas oleh keadaan, tak terhalang kemiskinan,
Karena mimpi kami adalah jembatan,
Menuju masa depan yang penuh cahaya, penuh harapan.
Dalam aula kampus yang megah,
Ia berdiri dengan bangga Di Gedung Uinsa
Menyandang cita,
Mengubah hinaan menjadi senyum, derita menjadi kekuatan,
Kami, anak desa, kini berlari mengejar bintang di angkasa.
Oleh: Sugiyanto