Temaram lampu menimpa wajahku,
Diksi-diksi ku yang menggantung,
Tumpukan bukuku yang berdebu,
Bacaan teoritis ku yang “selalu”berantakan,
Bagaikan cerminan hatiku yang kacau.
Aku manjakan diriku dengan kespontanan,
Meraba langit malam dengan sambat,
Kenanganku selalu tersumbat,
Ah pergilah berobat.
Dalam keheningan, aku bertanya,
Kapan luka ini akan sembuh?
Untuk apa aku menyukai kebebasan?
Terlalu ambiguitas maknanya,
Fatamorgana adanya,
Nyatanya semua ada batasan.
Oleh: Karisma Nisaul Mukarromah