
All Quiet on the Western Front merupakan sebuah film anti-perang dengan mengambil sudut pandang dari tentara Jerman pada Perang Dunia I. Film ini dirilis pada tahun 2022, disutradarai oleh Edward Berger, dan berdurasi 147 menit. Film All Quiet on the Western Front diangkat dari novel klasik dengan judul yang sama karangan Erich Maria Remarque. Film ini berhasil memenangkan empat Piala Oscar 2023 dan mewakili Jerman pada kategori Best International Feature Film, Best Production Design, Best Music (Original Score), dan Best Cinematography. Film versi tahun 2022 ini sebenarnya merupakan remake dari film sebelumnya yang dirilis pada tahun 1930 dan 1979, tetapi hanya versi 2022 saja yang menggunakan bahasa Jerman.
Film ini menceritakan Paul Bäumer, bersama tiga sahabatnya yaitu Ludwig, Albert, dan Franz yang secara sukarela mendaftar sebagai tentara Jerman demi membela tanah air. Meskipun Paul sebenarnya tidak mendapatkan izin dari ibunya, ia diam-diam memalsukan tanda tangan ibunya. Setelah resmi terdaftar sebagai calon tentara Jerman, mereka pun mendengarkan pidato patriotik dari seorang pejabat sekolah yang membakar semangat mereka. Mereka menerima seragam yang tanpa mereka ketahui merupakan seragam-seragam dari tentara yang telah gugur lalu diperbaiki dan dibagikan kepada para calon tentara baru. Tanpa mengetahui kerasnya realita di medan perang, para pemuda itu dengan antusias berbaris menuju garis depan. Namun, setelah mereka tiba di Front Barat, mereka mulai menyaksikan realita di medan perang dan bagaimana kengerian di dalamnya terjadi. Sebelum 15 menit waktu gencatan senjata resmi diberlakukan, Jenderal Friedrich tetap memerintahkan para tentara yang tersisa untuk tetap maju demi mengambil alih tanah yang dikuasai oleh pihak Prancis. Hal ini membuat Paul mulai mempertanyakan kewarasan bertempur hanya demi mendapatkan tanah pedesaan yang hancur oleh perang. Film ini tidak hanya menggambarkan bagaimana kengerian dari perang, tetapi juga mengangkat isu politik dan kemanusiaan. Tokoh dan karakter di dalamnya memang fiktif, tetapi pengalaman yang diceritakan dalam perang tersebut berasal dari pengalaman nyata oleh penulisnya yaitu Erich Maria Remarque yang merupakan seorang veteran Perang Dunia I. Dari film ini kita dapat melihat bahwa Jendral Friedrich tidak ingin kehilangan kehormatannya. Oleh sebab itu, ia tetap memaksa para prajuritnya untuk tetap maju sekalipun waktu untuk gencatan senjata hanya tersisa 15 menit saja. Sang Jendral tidak menghiraukan betapa bayak korban yang berjatuhan dan hanya melihat tentara yang gugur sebagai sebuah statistik belaka. Tanpa memikirkan bahwa tentara-tentara tersebut merupakan anak atau bapak dari sebuah keluarga yang menunggu kepulangan mereka dari perang.
All Quiet on the Western Front merupakan salah satu film anti-perang terbaik tahun 2022 dengan sinematografi yang mengagumkan. Akting para pemain juga tidak perlu diragukan lagi, dengan musik dan efek visual yang menambah kengerian yang terjadi. Film ini berhasil menyampaikan pesannya dengan sangat baik dan layak untuk ditonton ulang. Meski demikian, mungkin bagi beberapa orang yang tidak terbiasa menonton film perang tidak akan sanggup untuk langsung menonton film ini dalam satu kali menonton, karena efek visual yang cukup sensitif. Kekurangan lainnya dari film ini yaitu minimnya dialog dan tempo yang lambat, sehingga dapat membuat penonton merasa bosan. Film ini dapat anda tonton pada aplikasi streaming seperti Netflix. Bagi yang ingin menonton film bertemakan perang lainnya, Come and See (1985) merupakan rekomendasi yang layak untuk ditonton.
Penulis: Shakila Dwi Rahmadani