
Penyampaian prolog mengenai teknologi AI secara umum oleh Khoirul Umam selaku moderator acara. Sumber: Media FISIP
Senin, 28 Juli 2025– Pemanfaatan Teknologi AI untuk Pembelajaran dan Riset Sosial Politik” menjadi tema menarik yang diusung oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Ampel Surabaya melalui kolaborasi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Seperti biasa, seminar berlangsung di Auditorium lantai 5 FISIP UINSA dan diikuti oleh para dosen maupun mahasiswa. Hal yang tampak istimewa adalah acara tidak hanya sekadar sesi materi, namun sebuah kebanggaan bagi FISIP karena seminar kali ini menghadirkan komisi X DPR RI yaitu Lita Machfud Arifin yang juga menjabat sebagai Ketua DPW Partai Nasdem Jatim. Tak hanya menyampaikan sambutan hangat, namun beliau juga resmi membuka seminar dan dilanjutkan untuk berdiskusi bersama staff akademik dan jajaran dekanat FISIP terkait aspirasi FISIP UINSA yang dapat dibawa ke Senayan. Seminar kolaborasi antara FISIP dan BRIN sendiri bertujuan untuk membahas menggali potensi kecerdasan buatan dalam mendukung pengembangan penelitian ilmu sosial dan politik. Sehingga seminar ini sangat berguna bagi para mahasiswa FISIP agar mendapatkan edukasi mengenai penggunaan kecerdasan buatan dalam riset dan pembelajaran.
Acara seminar yang dimoderatori oleh Khoirul Umam ini mendatangkan pakar yang ahli di bidangnya, salah satunya yaitu Muhammad Yasir, dimana ia seorang Analis Kebijakan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Salah satu insight yang menarik dalam sesi materinya ia menggambarkan manusia sejatinya juga merupakan kecerdasan buatan yang tercipta secara biologis dan alamiah. Pernyataan tersebut diutarakan olehnya karena berkaitan dengan peran AI yang tidak dapat menggantikan manusia secara keseluruhan. Sebagai Analis Kebijakan ia juga menguasai penjelasan teknis dan otomatisasi AI secara mendetail seperti tentang bagaimana AI bekerja, transformasi teknologi AI, hingga cara bijak penggunaan AI.
Dalam sesi materi, lebih lanjut Muhammad Yasir memaparkan tentang bagaimana sebenarnya AI dapat menunjang berbagai potensi dunia akademis dan pendidikan terutama bagi para pelajar. Muhammad Yasir turut menekankan bahwa penggunaan AI tidak boleh sampai menggantikan proses berfikir kritis (kognitif) oleh mahasiswa terutama dalam pengerjakan tugas. Pada dasarnya AI dapat dimanfaatkan dalam mencari informasi atau referensi yang bersifat otomatisasi. Jika penggunaan AI tidak tepat dan dipaksa untuk menggantikan proses berfikir kritis maka hal tersebut dapat menimbulkan potensi serius, ujarnya. Terutama trend penggunaan AI di khalangan mahasiswa tanpa melibatkan proses kognitif dan berfikir secara kritis. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh penggunaan AI yang semakin massif di era digital. Bahkan riset dari Menkominfo menyatakan bahwa 80% siswa telah menggunakan AI dalam kegiatan pembelajaran atau pengerjaan tugas akademik. Fakta yang menjadi sorotan selanjutnya adalah mahasiswa di stanford university pun tak mengelakan penggunaan AI dalam proses pembelajaran. Fenomena tersebut mencerminkan bahwa penggunaan AI saat ini merupakan suatu hal yang tak terhindarkan, namun hal yang dapat dikontrol oleh manusia adalah penggunaan AI secara tepat dan bijaksana. AI tidak bisa menggantikan manusia, tetapi manusia yang paham AI akan menggantikan manusia yang paham AI tutup Muhammad Yassir dalam pemaparannya dengan mengutip perkataan Jensen Huang seorang CEO NVIDIA.
Dalam sesi kedua Husnul Mutaqqin selaku dosen Prodi Sosiologi FISIP UINSA menjelaskan bagaimana teknologi AI dapat dikategorikan sebagai teknologi personalisasi dan AI dapat bersifat bias dan di desain untuk tidak objektif. Sebagai dosen sosiologi yang turut menggeluti bidang teknologi dan kecerdasan buatan beliau menjelaskan bahwa dalam ilmu pengetahuan khususnya based community development, ilmu pengetahuan tidak dapat bersifat netral. Betapapun di desain menyerupai fungsi kerja otak manusia, namun AI sejatinya tidak mampu menggantikan manusia dan hanya dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu.
Acara ini sukses digelar dengan lancar, para civitas akademika yang hadir di ruangan juga sangat fokus menyimak penjelasan para pemateri hingga akhir. Selanjutnya, Dalam wawancara kami bersama pemateri Muhammad Yasir, selaku analis kebijakan BRIN, ia mengatakan bahwa tantangan pemanfaatan AI dalam riset ilmu sosial-hukum (soshum) adalah terdapat mengatakan bahwa riset yang berkaitan dengan disiplin ilmu sosial dan hukum tidak bisa dipolakan dengan model AI. Hal ini disebabkan karakter manusia yang dipengaruhi berbagai macam faktor tidak dapat di universalkan. Lebih lanjut ia mengatakan riset disiplin ilmu sosial menjadi tantangan dan peluang tersendiri bagi mahasiswa disiplin ilmu sosial dalam mengembangkan dan menggali potensi keragaman daerah mereka masing-masing untuk diteliti.
Selain itu, kedepannya ia berharap dengan diadakannya seminar ini, khususnya bagi mahasiswa agar dapat menjadikan kecerdasan buatan sebagai alat dalam mempermudah penelitian mereka. Ia berharap mahasiswa tidak takut akan penggunaan AI dalam membantu penelitian mereka, meski begitu ia berharap agar mahasiswa tidak hanya menggunakan AI sesuai etika dan pedoman akademik, akan tetapi juga menggunakan AI dengan bijak. Diharapkan juga Kolaborasi antara FISIP UINSA dan BRIN ini dapat membuat mahasiswa mengenali pemanfaatan AI dan potensi besar dalam mengembangkan riset dan pembelajaran, khususnya dalam disiplin ilmu sosial.
Penulis: Muhammad Ilham dan Oktami Nur Fadila