
Antrean warga Gaza dalam pemgambilan bantuan makanan. Sumber: DetikNews
United Nations sibuk bicara soal Food Security sementara anak-anak di Gaza tewas perlahan karena dilaparkan oleh zionis Israel. Hingga kini krisis kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memprihatinkan dengan terus meningkatnya korban jiwa akibat kelaparan ektreme dan blokade Israel. Dalam dua hari terakhir, lebih dari 100 warga sipil tewas saat berusaha mendapatkan makanan, sementara total korban kelaparan sejak Oktober 2023 telah mencapai 175 orang, termasuk 93 anak-anak. Data ini dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza dan dikonfirmasi oleh organisasi internasional seperti PBB dan Human Rights Watch (HRW).
➢ Blokade dan Kelaparan yang Disengaja
Israel telah memblokade Gaza selama 18 tahun, namun kondisi semakin parah sejak Maret2025 ketika semua pintu perbatasan rafah ditutup. Akibatnya, pasokan makanan dan obat-obatan nyaris tidak masuk. Menurut Program Pangan Dunia PBB (WFP), hampir sepertiga penduduk Gaza tidak makan selama berhari-hari, dan sekitar 100.000 perempuan serta anak-anak membutuhkan perawatan darurat untuk malnutrisi. Farhan Haq, Juru Bicara PBB, menegaskan bahwa Israel sengaja menghalangi distribusi bantuan. “Rute yang disediakan berbahaya dan tidak memadai. Petugas kemanusiaan sering menghadapi ancaman saat menyalurkan bantuan,” ujarnya. PBB memperkirakan Gaza membutuhkan minimal 600 truk bantuan per hari, tetapi pada Sabtu (2/8), hanya 36 truk yang berhasil masuk.
➢ Tindakan Kekerasan zionis Israel
Human Rights Watch (HRW) melaporkan bahwa pasukan Israel kerap menembaki warga sipil yang mengantre makanan di pusat distribusi bantuan. Belkis Wille, direktur HRW, menyebut ini sebagai “penggunaan kelaparan sebagai senjata perang.” Sejak Mei 2025, setidaknya 859 warga Palestina tewas saat mencoba mendapatkan bantuan di lokasi yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung AS. Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan, Israel sengaja menciptakan kekacauan denganmembiarkan truk-truk bantuan dijarah. “Ini adalah kebijakan kelaparan yang direkayasa,” tulismereka dalam pernyataan resmi.
➢ Dampak Kesehatan yang Mengkhawatirkan
Lebih dari 6.000 truk bantuan kemanusiaan milik UNRWA tertahan di perbatasan Mesir dan Yordania karena Israel menolak memberikan izin masuk. Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA, menegaskan bahwa bantuan tersebut berisi makanan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan. Namun, Israel menuduh PBB sengaja menunda distribusi, klaim yang dibantah oleh organisasi internasional.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat peningkatan tajam kasus malnutrisi dan penyakit di Gaza. Doctors Without Borders (MSF) melaporkan bahwa seperempat anak kecil serta ibu hamil yang diperiksa di klinik mereka mengalami malnutrisi parah. “Ini adalah krisis buatan manusia akibat blokade Israel,” kata perwakilan MSF.
➢ Respons Internasional dan Upaya Indonesia
Di tengah tekanan global, termasuk surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional untuk PM Israel Benjamin Netanyahu, Indonesia turut bergerak. Menteri Luar Negeri Sugiono mengumumkan pengiriman 10.000 ton beras ke Palestina. “Ini bentuk nyata dukungan kami,” ujarnya dalam aksi solidaritas di Monas. Sebelumnya, Indonesia telah mengirimkan 4.400 ton logistik dan bantuan keuangan senilai ratusan miliar rupiah. Krisis di Gaza adalah tragedi kemanusiaan yang membutuhkan tindakan segera. Dengan ratusan nyawa melayang setiap minggu, komunitas internasional didesak untuk memaksa Israel membuka akses bantuan. Tanpa intervensi nyata, warga Gaza akan terus menderita di bawah blokade dan kelaparan yang disengaja.
Penulis: Malikhul Khannan Khilwatul Layyina