
Saat musik menjadi jembatan antara masa kini dan masa lalu, “Twinkling Watermelon” yang dirilis pada tahun 2023 hadir sebagai drama yang tidak hanya menghibur lewat alunan nada, tetapi juga menggugah lewat cerita keluarga, mimpi, dan penyembuhan. Drama korea ini Disutradarai oleh Son Jong-hyun dan ditulis oleh Jin Soo-wan yang menggarap beberapa karya besar diantaranya Kill Me, dan Heal Me. drama ini menawarkan kisah time-travel yang berbeda dari kebanyakan. Alih-alih fokus pada misi besar atau dunia paralel, Twinkling Watermelon membawa kita ke inti kehidupan yaitu dalam hubungan keluarga, identitas diri, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri.
Cerita Tentang Musik, Keluarga, dan Sebuah Kesempatan Kedua
Eun Gyeol (Ryeoun) adalah seorang remaja CODA (Child of Deaf Adults) yang memiliki dua dunia yaitu siang hari sebagai siswa teladan yang patuh pada orang tuanya, dan malam hari sebagai gitaris berbakat di band rahasia. Hidupnya berubah saat tanpa sengaja ia terlempar di tahun 1995, yang mana tahun tersebut merupakan masa muda ayahnya, Ha Yi-chan (Choi Hyun-wook), yang kala itu belum dewasa dan belum menjadi sosok ayah yang dikenalnya.
Di sana, Gyeol membentuk band “Watermelon Sugar” bersama Yi-chan dan teman-teman baru, sekaligus mencoba memahami ayah dan ibunya dari sudut pandang yang lebih manusiawi. Dalam prosesnya, ia harus menyembunyikan identitasnya, menghadapi pilihan sulit, dan menyadari bahwa perjalanan waktu bukan hanya tentang mengubah masa lalu tetapi tentang menyembuhkan luka dan menemukan makna dari apa yang sudah terjadi.
Informasi Dasar Drama
Judul : Twinkling Watermelon
Sutradara : Son Jong-hyun
Penulis Skenario : Jin Soo-wan
Genre : Fantasy, Coming-of-age, Drama, Musikal
Tahun Tayang : 2023
Jumlah Episode : 16
Platform Tayang : tvN & Viu
Pemeran Utama : Ryeoun, Choi Hyun-wook, Seol In-ah, Shin Eun-soo
Kelebihan dari Drama Twinkling Watermelon
• Kisah Time Travel yang Hangat dan Berisi
Berbeda dari drama perjalanan waktu yang cenderung misterius atau penuh aksi, Twinkling Watermelon membawa nafas yang segar dengan pendekatan emosional dan personal. Perjalanan ke masa lalu di sini bukan tentang menyelamatkan dunia, tetapi menyelamatkan hubungan. Drama ini berhasil menunjukkan bahwa kadang, satu percakapan yang tak pernah terjadi di masa lalu bisa memberikan luka seumur hidup.
• Representasi CODA yang Jarang Diangkat
Sebagai anak dari orang tua tunarungu, Eun Gyeol membawa perspektif yang unik dan jarang muncul dalam drama Korea. Dinamika komunikasi lewat bahasa isyarat, rasa tanggung jawab yang berat, serta dilema identitas di antara dua dunia (dunia sunyi keluarganya dan dunia musik yang bising) digambarkan dengan halus dan menyentuh.
• Karakter Penuh Warna dan Perkembangan yang Konsisten
Setiap karakter utama, dari Eun Gyeol hingga Ha Yi-chan muda, diberikan ruang untuk berkembang. Tidak ada tokoh yang statis atau klise. Yi-chan yang awalnya ceroboh, dia tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Cheong-ah (Shin Eun-soo), gadis tunarungu yang tertutup, perlahan membuka diri lewat seni dan cinta. Interaksi mereka tidak hanya menyentuh, tapi juga menyampaikan bahwa penyembuhan datang saat kita saling memahami.
• Musik Sebagai Medium Cerita, Bukan Sekadar Hiasan
Musik dalam drama Twinkling Watermelon bukan hanya latar, melainkan bahasa utama dari drama ini. Setiap lagu, setiap latihan band, bahkan setiap performa, membawa pesan dan emosi. Lagu-lagu tahun 90-an yang diaransemen ulang menghadirkan nostalgia, sementara musik baru memberi energi dan semangat masa muda. Ini adalah salah satu drama yang mampu membuat penonton merasa bahwa musik bisa menyatukan waktu, generasi, dan luka.
Kekurangan dari Drama Twinkling Watermelon
• Beberapa Konflik Sampingan Kurang Tergali
Dengan tema besar dan banyak karakter, ada beberapa plot yang terasa kurang diberi ruang seperti latar belakang keluarga tokoh Cheong-ah atau kisah guru musik yang berperan penting. Walaupun tidak mengganggu inti cerita, beberapa penonton mungkin berharap konflik tersebut diperdalam lagi.
• Unsur Fantasi yang Minim Penjelasan
Walau genre-nya fantasy, mekanisme perjalanan waktu di Twinkling Watermelon tidak pernah dijelaskan secara logis. Tiba-tiba masuk toko misterius, dan terseret ke masa lalu selesai. Bagi penonton yang menyukai penjelasan ilmiah atau konsistensi dalam aturan time-travel, ini bisa terasa terlalu mengambang.
• Penutup yang Terasa Terlalu Cepat
Meskipun emosional dan memuaskan, klimaks dan epilog drama ini berlangsung agak terburu-buru. Beberapa perubahan besar dalam hidup para tokohnya seolah terjadi begitu saja tanpa pengantar yang cukup. Akan lebih kuat jika diberi satu atau dua episode tambahan untuk memperhalus transisi akhir.
Kesimpulan
Twinkling Watermelon merupakan drama yang bersinar dengan caranya sendiri. tanpa lewat aksi atau plot yang rumit, tetapi lewat dengan hati dan melodi. Drama ini mengajarkan bahwa kita tidak akan bisa mengubah semua hal dalam hidup, tapi kita bisa memilih bagaimana kita menjalaninya. Selain itu drama ini juga menyentuh tema keluarga, mimpi, dan komunikasi dengan cara yang jujur dan tidak menggurui.
Untuk kalian yang mencari tontonan menyentuh, penuh warna, musik, dan sedikit sentuhan ajaib, “Twinkling Watermelon” adalah pilihan yang sempurna. Drama ini bukan hanya tentang perjalanan waktu, tapi tentang bagaimana masa lalu, jika kita berani melihatnya, bisa menyembuhkan masa kini.
Penulis: Novi Putri Anggraini