“As Long as the Lemon Trees Grow: Sebuah Puisi Pilu Tentang Harapan dan Luka Perang”

Judul Buku:  As Long as the Lemon Trees Grow

Penulis: Zoulfa Katouh

Penerjemah: Berliani Mantili Nugrahani, Esi Ayu Budihabsari

Penerbit: Mizan Pusaka

Cetakan Pertama: April 2023

Jumlah Halaman: 480 halaman

ISBN: 978-602-441-313-2

Novel As Long as the Lemon Trees Grow ditulis oleh Zoulfa Katouh, seorang penulis Kanada berdarah Suriah. Karya ini pertama kali terbit pada tahun 2022 melalui Little Brown Books for Young Readers di Amerika Serikat dan Bloomsbury di Inggris. Sejak kemunculannya, novel ini berhasil menarik perhatian pembaca internasional dan mendapatkan banyak tanggapan positif, baik dari para kritikus sastra maupun pembaca umum di berbagai platform media sosial, seperti Instagram dan TikTok. Hingga saat ini, novel tersebut telah hadir dalam 21 bahasa, termasuk terjemahan Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Mizan Pustaka pada tahun 2023. 

Novel ini bercerita tentang Salama, seorang mahasiswi farmasi yang terpaksa menjalani peran sebagai relawan medis di tengah gejolak perang di negaranya. Ibunya telah tiada, sementara ayah serta kakak laki-lakinya ditahan tanpa kepastian nasib. Dalam situasi serba terbatas, Salama berusaha bertahan hidup bersama kakak iparnya, Layla, sambil mencari kesempatan untuk mengungsi ke Eropa. Rangkaian pengalaman traumatis yang ia alami kemudian menimbulkan gangguan psikologis, sehingga ia terus-menerus berhalusinasi dan menghadir sosok Khawf yang merupakan representasi dari trauma dan rasa takutnya, yang terus mendesaknya untuk melarikan diri dari Suriah. Khawf bukanlah tokoh nyata, melainkan perwujudan rasa cemas, panik, dan luka batin yang menguasai pikiran Salama.

akan tetapi janji dan tanggung jawab yang ia pikul membuat Salama terperangkap dalam dilema besar antara tetap mengabdikan diri sebagai relawan rumah sakit demi membantu korban perang, atau mengorbankan tugas tersebut demi keselamatan dan masa depan mereka di Benua Eropa. 

Novel ini menggambarkan betapa perang dapat menghancurkan sisi paling pribadi dalam kehidupan manusia. Tokoh Salama hadir sebagai cerminan generasi muda yang harus merelakan keluarga, pendidikan, dan masa depan, sementara hari-harinya dipenuhi rasa takut, kehilangan, serta berbagai keterbatasan. Sosok Khawf dihadirkan sebagai representasi psikologis dari Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), berperan sebagai “suara dalam benak” Salama yang menunjukkan bahwa dampak perang tidak hanya melukai tubuh, tetapi juga merusak jiwa. 

Judul novel As Long as the Lemon Trees Grow sendiri menjadi lambang harapan: selama pohon lemon masih berbuah di tanah Suriah, kehidupan dan cinta akan terus bertahan. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama melalui tokoh Salama, penulis mengajak pembaca menyelami langsung trauma yang dialami tokoh utama. Deskripsi rinci mengenai kota yang hancur, kondisi rumah sakit yang penuh sesak oleh penderitaan, serta kisah para korban perang, berhasil membangun suasana seakan pembaca ikut hadir di dalamnya.

Selain itu, tokoh imajiner Khawf menambah kekuatan naratif dalam cerita. Ia tidak hanya berfungsi sebagai “teman bicara” bagi Salama, melainkan juga menjadi simbol nyata dari luka batin serta trauma psikologis yang disebabkan oleh perang.

keunggulan dari novel ini adalah mengangkat isu kemanusiaan dengan cara menghadirkan konflik Suriah melalui sudut pandang personal (melalui tokoh utama), sehingga pembaca lebih mudah merasakan empati terhadap penderitaan yang dialami tokoh. Kedalaman psikologis juga tergambar jelas melalui sosok Khawf, yang menjadi representasi trauma Salama secara kuat. Selain itu, kisah yang dihadirkan tetap relevan secara global karena merefleksikan realitas, sehingga menjadikannya terasa dekat dan aktual bagi pembaca di berbagai belahan dunia. 

Novel ini tergolong memiliki bobot yang cukup berat. Beberapa penggambaran adegan perang dan kekerasan yang intens menjadikannya kurang sesuai untuk dibaca oleh semua kalangan. Alur ceritanya pun sesekali terasa lambat. 

Kendati demikian, berbagai keunggulan yang ditawarkan tetap mampu mempertahankan minat serta rasa penasaran pembaca, terutama karena alurnya menyimpan banyak kejutan yang sulit ditebak.

Penulis: Nisrina Nada

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *