
Pada 28 Agustus 2025, di tengah rintik hujan dan lautan manusia yang turun ke jalan, sebuah adegan sederhana menjadi simbol perlawanan. Seorang ibu berjilbab merah muda maju ke garis depan, mengibarkan bendera merah putih di hadapan barisan aparat kepolisian. Keberanian sederhana itu terekam dan menyebar: warna pink tiba-tiba menjadi bahasa solidaritas — “Brave Pink”.
Di malam yang sama, sebuah tragedi menancap dalam ingatan publik. Seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, dilaporkan tewas setelah terlibat insiden dengan kendaraan taktis saat aksi berlangsung di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat. Peristiwa itu — dan kisah pelbagai korban lain yang beredar di media lokal — merubah simbolisme demonstrasi: dari tuntutan politik menjadi urat nadi yang bernama kehilangan.
Warna-warna yang tampak sepele justru berubah makna. Pink, yang selama ini identik dengan kelembutan, kini menyuarakan keberanian rakyat kecil yang tak lagi mau dipinggirkan. Seseorang yang dulu dianggap lemah kini mampu mematahkan narasi itu: kelembutan bukan berarti tak berdaya. Sementara itu, hijau — warna helm dan jaket para driver ojek online — menjadi lambang pengorbanan. “Hero Green” tak lagi sekadar atribut profesi; ia adalah penanda nyawa yang dipertaruhkan dalam menuntut keadilan.
Perubahan simbol itu tidak datang dengan hampa. Lahir gerakan berbalut dua warna — merah muda dan hijau — mendorong rangkaian tuntutan yang oleh publik disebut “17+8 Tuntutan Rakyat” — sebuah dokumen yang merangkum desakan rakyat akan transparansi, reformasi, dan empati. Tuntutan ini, yang mencakup serangkaian langkah jangka pendek dan agenda pembaruan jangka panjang, merepresentasikan keresahan luas: soal ekonomi yang menghimpit, akses politik yang tertutup, dan kebutuhan reformasi lembaga penegak hukum.
Simbolisme warna mempermudah pemahaman: bendera merah putih di tangan seorang ibu bicara soal kedaulatan yang digugat; jaket hijau menceritakan kerasnya hidup yang tak pernah dihargai dalam pidato-pidato resmi. Media sosial lalu memberi ruang solidaritas digital: foto profil bernuansa pink dan unggahan berhiaskan hijau menjadi cara massa menyuarakan duka sekaligus tuntutan.
Tentu, simbol tak menghapus kebutuhan akan klarifikasi faktual dan penegakan hukum. Nama-nama korban dan keterangan peristiwa harus dilacak dan diverifikasi — keluarga berhak atas kebenaran, publik berhak atas transparansi. Namun simbol itu memiliki fungsi lain: ia menyatukan rasa, merangkum luka, dan menegaskan harapan bahwa suara rakyat bukan sekadar kebisingan sesaat.
Akhirnya, apa yang dikehendaki oleh warna-warna ini bukan sekadar estetika gerilya digital. Brave Pink dan Hero Green menuntut tindakan nyata: investigasi independen atas tragedi yang menimpa warga, akuntabilitas bagi para pelaku kekerasan, dan langkah kebijakan yang menempatkan kesejahteraan publik di atas prerogatif elite. Bila tuntutan itu diabaikan, warna-warna solidaritas ini tak akan pudar begitu saja; ia akan berubah menjadi pengingat keras bahwa legitimasi kekuasaan lahir dari pengakuan terhadap penderitaan yang nyata.
Brave Pink dan Hero Green adalah warna yang lahir dari luka sekaligus harapan. 17+8 Tuntutan Rakyat adalah teks politik—ditulis dengan warna perjuangan Ibu Ana dan Affan—yang berisi desakan agar keadilan segera ditegakkan. Brave Pink akan tetap berkibar, Hero Green akan terus hidup bersama suara rakyat yang semakin keras melantangkan ketidak adilan.
Akhirnya, apa yang dikehendaki oleh warna-warna ini bukan sekadar estetika gerilya digital. Brave Pink dan Hero Green menuntut tindakan nyata: investigasi independen atas tragedi yang menimpa warga, akuntabilitas bagi para pelaku kekerasan, dan langkah kebijakan yang menempatkan kesejahteraan publik di atas prerogatif elite. Bila tuntutan itu diabaikan, warna-warna solidaritas ini tak akan pudar begitu saja; ia akan berubah menjadi pengingat keras bahwa legitimasi kekuasaan lahir dari pengakuan terhadap penderitaan yang nyata.
Di kala negara memilih bungkam atau memberi jawaban setengah hati, rakyat akan terus berbicara — lewat warna, lewat jalan, dan lewat tuntutan yang tak sekadar angka. Brave Pink berkibar bukan demi simbol semata, melainkan sebagai seruan: jangan biarkan luka menjadi bisu. Hero Green akan terus hidup bersama suara rakyat yang semakin keras melantangkan ketidak adilan.
Penulis: Nurul Hikmah Nourma