
Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat telah mengubah cara manusia berinteraksi, bekerja, dan berpikir. Arus informasi yang begitu cepat menciptakan kemudahan luar biasa, namun sekaligus menimbulkan tantangan baru—khususnya mahasiswa—dalam memahami isu sosial, politik, dan internasional. Di Surabaya, sebagai kota besar dan pusat pendidikan di Jawa Timur, mayoritas mahasiswa merupakan bagian dari generasi Z yang sangat akrab dengan teknologi dan memiliki akses luas ke berbagai sumber informasi digital. Kondisi ini membawa dampak kompleks terhadap kemampuan berpikir kritis yang menjadi kebutuhan mendesak agar generasi muda tidak sekadar menjadi penerima informasi, tetapi juga pengolah makna.
Sekarang ini, mahasiswa di Surabaya sering sekali mencari informasi tentang politik dan sosial melalui banyak platform digital, terutama media sosial seperti TikTok, Instagram, Twitter, dan YouTube. Melalui media-media tersebut, mereka dapat melihat beragam sudut pandang mulai dari kebijakan pemerintah, persoalan sosial di sekitar mereka, hingga isu-isu global. Salah satu penelitian dari Universitas Negeri Surabaya mengungkapkan bahwa TikTok menjadi salah satu sumber yang paling menarik bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi tersebut secara cepat dan interaktif, meski tetap penting untuk selektif memilih sumber yang kredibel (Putri et al., 2024).
Namun, tidak semua informasi yang mereka dapatkan itu benar dan mendalam. Oleh karena itu, mahasiswa perlu punya kemampuan literasi digital yang baik—yaitu kemampuan untuk menilai, membandingkan, dan mengevaluasi berbagai informasi yang mereka terima. Tanpa literasi digital yang cukup, mereka rawan terjebak dalam penyebaran informasi yang salah atau hoaks yang marak di dunia maya (Peran Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya Dalam Memperkuat Nasionalisme Di Era Digital, 2025).
Media sosial bukan cuma menjadi tempat mahasiswa mencari tahu berita, tapi juga wadah untuk berdiskusi dan bertukar pendapat. Di sini, mahasiswa bisa saling mengkritik dan berdialog, baik soal isu lokal maupun internasional, yang mana menjadi perbedaan dibanding media tradisional yang lebih satu arah. Akan tetapi, ada tantangan berupa fenomena echo chamber, di mana mahasiswa lebih sering melihat pendapat yang sejalan dengan mereka, sehingga pandangan mereka jadi terbatas dan tidak kritis secara utuh. Selain itu, algoritma media sosial yang mengatur konten bisa membuat perpecahan politik makin tajam, seperti yang tampak menjelang Pemilu 2024 di Surabaya (Amalia & Wahidin, 2025)
Dari survei yang dilakukan pada mahasiswa Surabaya tahun 2024-2025, diketahui bahwa mayoritas memang mengandalkan media sosial sebagai sumber utama informasi politik. Sekitar 68% mahasiswa mengaku lebih mudah memahami isu sosial politik lewat konten audiovisual yang interaktif dibanding berita cetak atau TV. Namun sayangnya, hanya sekitar 45% yang benar-benar rajin mencari kebenaran informasi dengan cara cek fakta dari sumber lain, yang menunjukkan masih ada kekurangan dalam kemampuan literasi digital kritis (Novian & Rusmono, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa meski akses informasi semakin mudah, kedalaman analisis kritis masih sangat perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, aspek berpikir kritis yang meliputi kemampuan menilai sumber secara objektif, refleksi mendalam, dan argumen yang baik mesti jadi fokus utama dalam pendidikan tinggi.
Di Surabaya, banyak perguruan tinggi, terutama fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, yang telah memasukkan materi literasi digital dan berpikir kritis ke dalam kurikulum mereka. Sama halnya dengan program studi Ilmu Komunikasi di UNTAG Surabaya, yang mendorong mahasiswa agar tidak hanya menjadi konsumen informasi pasif, tapi juga aktif membuat konten yang berisi analisis data faktual dan argumentasi rasional tentang isu sosial politik (Peran Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya Dalam Memperkuat Nasionalisme Di Era Digital, 2025). Selain itu, rutin diadakan seminar dan pelatihan tentang bagaimana menyaring berita, teknik pengecekan fakta, dan cara mengenali bias media. Dengan pendekatan semacam ini, diharapkan mahasiswa generasi milenial dan Z dapat berpikir kritis, tidak gampang terprovokasi oleh kampanye politisasi yang menyesatkan, dan dapat berpartisipasi aktif dalam demokrasi digital.
Lewat teknologi informasi, mahasiswa Surabaya juga bisa mengikuti perkembangan isu global secara langsung, mulai dari konflik antarnegara hingga isu besar seperti perubahan iklim. Media sosial dan platform berita digital memudahkan akses ke berbagai analisis internasional. Meski begitu, untuk benar-benar memahami isu internasional secara kritis, mahasiswa harus mempunyai dasar yang kuat tentang konteks sejarah, politik, dan ekonomi, karena sekadar mengkonsumsi informasi secara digital tanpa pemahaman mendalam bisa membuat mereka mudah terbuai oleh narasi yang sepihak. Sehingga, teknologi informasi sebaiknya dipandang sebagai alat bantu yang memperluas wawasan, tapi berpikir kritis yang sistematis dan mendalam tetap harus dipelihara supaya mahasiswa tidak terjebak narasi propaganda.
Dengan demikian, teknologi informasi memberikan pengaruh besar dan berlapis terhadap bagaimana mahasiswa di Surabaya memahami dan berpikir kritis tentang kebijakan sosial politik serta isu internasional. Di satu sisi, teknologi membuka peluang pemahaman yang luas dan interaktif, namun di sisi lain menuntut mahasiswa dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan literasi digital serta pola pikir kritis agar tidak terjebak informasi yang menyesatkan. Oleh karenanya, pendidikan yang menekankan pengembangan literasi digital dan berpikir kritis menjadi sangat penting sebagai bekal mahasiswa menghadapi tantangan informasi di era digital ini serta membentuk kesadaran politik yang matang dan demokratis.
Referensi
Amalia, A. R., & Wahidin, D. (2025). PERAN MEDIA SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BELA NEGARA GENERASI Z. Jurnal Pertahanan Dan Bela Negara, 15(2). https://doi.org/https://doi.org/10.33172/jpbh.v15i2.19813
Novian, R. M., & Rusmono, D. (2021). Pengaruh Sosial Media Instagram Terhadap Tingkat Literasi Politik Siswa (Studi Deskriptif Pada Siswa Sma Negeri 3 Batam). Jurnal Publis, 5(2), 26–33. https://journal.umpo.ac.id/index.php/PUBLIS/article/view/3464/2040
Peran Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya dalam Memperkuat Nasionalisme di Era Digital. (2025). Media Mahasiswa Indonesia. https://mahasiswaindonesia.id/peran-mahasiswa-ilmu-komunikasi-untag-surabaya-dalam-memperkuat-nasionalisme-di-era-digital/
Putri, E. A., Clarisa, Z. A. S., Widiatanti, & Aji, G. G. (2024). Pengalaman Generasi Muda Dalam Mencari Informasi Politik Melalui Platform Media Sosial TikTok (Studi Fenomenologi Pada Siswa SMA di Surabaya). Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS), 569–580. https://proceeding.unesa.ac.id/index.php/sniis/article/view/4023/1128
Penulis: MRNA
