
Surabaya, 12 November 2025—Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya menggelar simposium bertajuk “Dengar Suara Rakyat: Merekonstruksi Kepercayaan Publik terhadap Lembaga Legislatif di Tengah Gelombang Kritik.”
Kegiatan yang berlangsung di Auditorium FISIP menghadirkan tiga narasumber dari berbagai latar belakang, yakni Dr. Mukayat Al-Amin, S.Sos., M.Sosio; Abdul Ghoni Mukhlas Niam, S.Pd.I; dan Yono Malolo, S.Sos.
Dalam paparannya, Dr. Mukayat Al-Amin, akademisi FISIP UINSA, menjelaskan peran dan fungsi lembaga legislatif sebagaimana diamanatkan UUD 1945. Ia menegaskan bahwa DPR memiliki tiga fungsi utama—legislasi, pengawasan, dan anggaran—yang harus dijalankan secara seimbang dan berlandaskan etika publik.
Dr. Mukayat menyebut demonstrasi besar pada 25 Agustus di kawasan Senayan, Jakarta, sebagai refleksi menurunnya kepercayaan publik terhadap DPR. Ia menyoroti sejumlah persoalan, mulai dari kasus korupsi hingga kontroversi pembahasan undang-undang yang dianggap tidak selaras dengan aspirasi rakyat.
“Berdasarkan data, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap DPR hanya sebesar 41 persen. Angka ini menunjukkan adanya krisis representasi dan lemahnya penerapan kode etik di kalangan anggota dewan,” ujar Dr. Mukayat.
Sementara itu, Abdul Ghoni Mukhlas Niam, anggota DPRD Kota Surabaya, berbagi kisah perjuangannya meniti karier politik modal besar. Ia menepis anggapan bahwa menjadi anggota dewan selalu identik dengan uang miliaran.
“Saya dulu hanya bermodal ratusan juta. Yang saya andalkan adalah dialog langsung dengan masyarakat tanpa janji-janji manis,” kata Abdul Ghoni.
Ia mengajak mahasiswa untuk tidak bersikap skeptis terhadap lembaga legislative, seraya menekankan pentingnya kesiapan data dalam setiap audiensi. “Datanglah dengan data yang valid, bukan hanya berdasarkan informasi dari media sosial,” pesannya kepada peserta simposium. Menurutnya, DPRD Surabaya sangat terbuka untuk menerima aspirasi dan diskusi publik.
Narasumber terakhir, aktivis sosial Yono Malolo, menyuarakan keresahannya atas menurunnya kepercayaan publik terhadap DPR. Menurut Yono, kondisi ini mencerminkan lemahnya komunikasi dan kolaborasi antara wakil rakyat dan konstituen.
“Fakta bahwa DPR menjadi salah satu lembaga paling tidak dipercaya harus menjadi cambuk bagi para wakil rakyat. Mereka harus lebih aktif turun ke masyarakat, memahami persoalan di akar rumput, dan memastikan setiap kebijakan benar-benar berpihak pada rakyat,” tegasnya.
Yono menekankan pentingnya sinergi berkelanjutan antara masyarakat sipil dan lembaga legislatif agar kebijakan yang dihasilkan tidak hanya sah secara hukum, tetapi juga memiliki legitimasi sosial.
Simposium ini mendapat sambutan antusias dari mahasiswa dan dosen. Melalui kegiatan ini, para peserta diharapkan dapat memahami dinamika politik nasional sekaligus mendorong lahirnya generasi muda yang kritis, berintegritas, dan siap terlibat aktif dalam memperkuat demokrasi di Indonesia.
Seluruh informasi dalam berita ini diperoleh melalui wawancara dan keterangan resmi dari panitia pelaksana Simposium FISIP UINSA.
Penulis: Frendi Saputro
