16.7 C
New York
Friday, April 18, 2025

Buy now

spot_img

Surat Cinta Seorang Demonstran

 

 

Proses demonstrasi yang sedang berlangsung di depan gedung Grahadi Surabaya. Maret 2025 lalu Sumber: Tanjung News

Sepucuk surat bersampul tapi pita hitam kertas kusam yang diambil dari sekretariat

Besar harapan tangan lentik itu yang membukanya

Mata indah bola pingpong yang akan melihatnya

 

Salam demi salam teruntai tanpa tahu dimana dia akan berhenti

Dan ditutup dengan salam menggebu keras terdengar dari tinta yang ditekan keras

“SALAM MAHASISWA”

 

Selamat pagi, selamat siang, selamat malam.

Tergantung kapan kau membukanya Nimas

Belum satu purnama sejak kulihat wajah indahmu

Tapi serasa 3 kali berganti penguasa

Terasa lama sekali semenjak kedua tanganmu

Memberkati tubuh lelahku

Mengobati setiap jengkal dan petaknya

Tapi sayang, akhir-akhir ini

Yang berani menyentuh tubuhku dan setiap jengkalnya

Hanya pentungan yang dilempar sekenanya

Entah oleh Bintara atau tamtama

Tak usah khawatir Nimas,

Tidak ada lagi yang berani menyentuhku dengan mesra, mungkin cuma semburan air dari watercannon yang katanya menertibkan yang katanya mengamankan

Tak usah khawatir Nimas

Tidak ada lagi cinta, kasih sayang yang kuhirup

Selain darimu, dan mungkin gas air mata yang sudah kadaluwarsa lima tahun yang lalu

Sekali lagi, tak usah khawatir Nimas

Tak ada orang lain yang kuberi perlakuan istimewa selain engkau

Mungkin cuma polisi huru-hara yang kulempari beton rapuh pinggir jalan gajah mada

Maafkan aku Nimas kalau lama kita tidak bersua

Maksud hati ingin bersama, tapi kesempatan tak kunjung datang, perjuangan tak pernah padam

Mungkin suatu hari nanti, akan datang hari kita bisa berjumpa, menunggu padamnya ketidakadilan dan hilangnya kesewenang-wenangan

Nimas, Ingin sekali aku berkata “Ingin kumiliki setiap jiwa dan ragamu, setiap jengkal senyummu, sehasta kasihmu, dan pelan seru nafasmu”,

Tapi sayang buku orang tua yang kubaca, menentang hak kepemilikan pribadi

“Ingin kutemuimu setiap hari, tapi apa guna memadu kasih jika akhirnya menderitanya di tanah sendiri”

Nimas, selama pungguk masih merindukan bulan

Selama seluruh curah kasihku hanya untukmu

Jangan hentikan perjuangan suciku

Sebab meski kau hentikan sekalipun

Perjuangan takkan pernah mati

Penulis: M. Oemar Ibrahim

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles