12.8 C
New York
Saturday, May 10, 2025

Buy now

spot_img

Angkasa dan 56 Hari: Antara Surat, Rasa, dan Rindu yang Gagal Pulang

 

Sumber: Gramedia.com

Informasi Dasar

Judul: Angkasa 56 Hari

Penulis: Destahsya WDP (Ravinkyu)

Tahun dan Penerbit: Juni 2021, Akad Publisher

Jumlah Halaman: 262 halaman

Genre: Romance, Drama, Slice of Life

ISBN: 978-623-97127-1-6

Angkasa dan 56 Hari bercerita tentang Angkasa, seorang pemuda yang penuh misteri dan menyimpan luka masa lalu, serta tokoh utama perempuan yang dikenal dengan nama Nadine. Keduanya dipertemukan dalam situasi yang tidak biasa, dan dalam waktu singkat selama 56 hari mereka membangun hubungan yang intens, tulus, dan penuh makna. Di balik perjalanan hubungan mereka, terselip pesan-pesan tentang pengampunan, penerimaan diri, keberanian membuka hati, dan kesadaran bahwa tidak semua cerita cinta harus berakhir selamanya untuk bisa berarti.

Hal yang membuat novel ini istimewa adalah cara Ravinkyu merangkai kata. Dia menggunakan metafora, analogi, dan kalimat-kalimat reflektif yang kerap membuat pembaca berhenti sejenak untuk merenung. Setiap dialog dan narasi batin seakan ditulis dengan ketelitian emosi, menciptakan suasana melankolis namun hangat. Pembaca diajak untuk memahami bahwa keterbatasan waktu bukan penghalang untuk menciptakan kenangan yang abadi dan hubungan yang menyembuhkan luka lama.

Sebagai novel yang berasal dari X, Angkasa 56 Hari juga merepresentasikan gelombang baru sastra populer Indonesia, di mana penulis muda membawa suara generasinya dengan gaya yang dekat dan bahasa yang indah. Novel ini tidak hanya bercerita tentang cinta antara dua insan, tetapi juga self-healing, penerimaan masa lalu, dan ketidaksempurnaan hidup, yang relevan dengan banyak kawula muda saat ini.

Kelebihan Novel 👍 :

  • Konsep Waktu Terbatas yang Menggugah Emosi

Konsep cerita yang sederhana namun banyak mengandung makna yang medalam. Bagaimana dua orang yang dipertemukan dalam waktu singkat dapat membangun hubungan yang begitu dalam dan berpengaruh dalam kehidupan masing-masing. Tema “mencintai dalam keterbatasan waktu” menjadi fondasi yang kuat dalam novel ini dan disajikan dengan sempurna.

  • Narasi Puitis dan Kaya akan Metafora

Gaya kepenulisan Destahsya menjadi ciri khas yang mencolok dalam novel ini. Dia merangkai kalimat dengan bahasa puitis, elegan, dan penuh ungkapan yang mengandung metafora (kata kiasan), yang membuat banyak kutipan dari novel ini layak untuk dicatat dan direnungkan. Narasi yang digunakan tidak hanya sekedar menceritakan alur cerita, tetapi juga mendalami batin para tokoh dan membawa pembaca ikut merasakan gejolak emosi mereka. Refleksi tentang kehidupan, cinta, luka masa lalu, dan pengampunan disampaikan dengan indah, membuat novel ini terasa lebih dari sekedar kisah cinta biasa.

  • Karakter yang Relatable dan Emosional

Karakter Angkasa sebagai tokoh utama pria digambarkan sebagai sosok yang misterius, hangat, namun memendam luka emosional yang dalam. Sementara tokoh utama perempuan yakni Nadine memiliki perjalanan emosional yang realistis dari seseorang yang tertutup dan terluka, hingga perlahan membuka diri dan berani merasakan cinta lagi. Hubungan mereka tidak dibangun secara tergesa-gesa, melainkan berkembang perlahan dan natural, mencerminkan proses penyembuhan luka batin dan penerimaan diri.

Selain kisah romantis, novel ini menyimpan banyak pesan kehidupan yang relevan dengan pembaca muda maupun dewasa, pentingnya memaafkan diri sendiri dan orang lain, keberanian menghadapi masa lalu, serta bagaimana setiap pertemuan betapapun singkatnya bisa memberi pelajaran dan makna besar dalam hidup. Novel ini mengajak pembaca untuk lebih menghargai waktu dan kesempatan yang ada, sekaligus menerima bahwa tidak semua cerita berakhir seperti yang kita harapkan.

Kekurangan Novel 👎 :

  • Alur Cerita yang Terduga dan Klise

Meski konsep waktu terbatas dan tema healing relationship menjadi kekuatan utama, alur cerita Angkasa dan 56 Hari cenderung mengikuti pola yang cukup sering ditemui dalam novel-novel romance. Perkembangan hubungan yang dimulai dari ketidaksengajaan, diwarnai trauma masa lalu, lalu perlahan berubah menjadi ikatan emosional yang dalam, adalah pola yang sudah akrab bagi pembaca genre ini.

  • Gaya Bahasa yang Kadang Terlalu Berlebihan

Meskipun narasi puitis menjadi kekuatan utama, dalam beberapa bagian, penggunaan metafora dan deskripsi perasaan yang terlalu panjang bisa membuat cerita terasa berputar-putar dan melambat.

  • Minimnya Deskripsi Latar dan Aksi

Fokusnya yang sangat kuat pada narasi batin dan dialog membuat latar tempat dan suasana dalam cerita ini tidak tergambar dengan detail. Pembaca sulit membayangkan secara jelas di mana peristiwa terjadi karena penulis lebih banyak mengeksplorasi pikiran dan perasaan tokoh daripada mendeskripsikan lingkungan fisik di sekitar mereka. Hal ini membuat cerita terasa seperti berlangsung “di ruang abstrak” dan kurang imersif secara visual.

  • Konflik Eksternal yang Kurang Kuat

Sebagian besar ketegangan dalam novel ini berpusat pada konflik internal karakter yaitu luka batin, ketakutan mencintai, dan trauma masa lalu. Sementara itu, konflik eksternal (seperti tantangan dari lingkungan sekitar, pihak ketiga, atau situasi luar yang memaksa perubahan) relatif lemah dan tidak banyak mewarnai cerita. Akibatnya, dinamika plot bisa terasa datar dan monoton bagi pembaca yang mengharapkan drama atau tantangan yang lebih kompleks dalam cerita.

Penulis: Novianti Fitri Zahra

 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles