NAMAKU ALAM

0
66

Judul: Namaku Alam

Penulis: Leila S. Chudori

Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun Terbit : 2023

Siapa sih yang ga kenal sama salah satu penulis wanita terkenal dari indonesia? Penulis yang bukunya banyak dibicarakan oleh generasi muda karna membahas sejarah indonesia di masa orde baru? Yap beliau adalah Leila Salikha Chudori atau yang kita kenal dengan nama Leila S. Chudori di resensi ini kita bakal bahas salah satu karya beliau yang berjudul NAMAKU ALAM

Dengan tokoh utama bernama Segara Alam yang berperan sebagai sebagai anak simpatisan Gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI. Cap “anak pengkhianat negara” sudah mendarah daging dalam identitas dan  menghantui kehidupannya. Latar belakang keluarga Alam inilah yang membentuk persahabatannya, hubungan dengan anggota keluarga, dan perjalanan hidupnya secara keseluruhan.

Alam memiliki kemampuan photographic memory yang membuatnya tidak bisa melupakan semua hal dalam kehidupannya, baik itu memori baik ataupun buruk. Kemampuan tersebut lah yang membuat guru sejarahnya kaget akan kedetailan cerita yang dialami keluarganya. Mulai dari efek ayahnyanya yang di cap sebagai “pengkhianat negara “ bagaimana dia pertama kali  ditodong senjata pada saat umur tiga tahun, bagaimana saat dia cerca sepupunya sebagai efek tersebut, bagaimana dia menceritakan kisah keluarganya pada saat digiring di jalan budi kemuliaan hingga kisah percintaan nya.

Buku ini berhasil menarik minat pembaca karena mempunyai latar pasca 1965 yang mana pada saat itu ada perselisihan kompleks antara para aktivis dan pemerintah di masa orde baru dengan sudut pandang alam seseorang  yang memiliki kemampuan daya ingat yang kuat membuat novel ini semakin menarik. Buku ini cenderung berjalan lebih lambat karna banyak drama dan intrik didalamnya tetapi bukan tidak menarik dengan penulisan ini kita diajak menyelam lebih dalam untuk memahami situasi dan bersimpati atas kutukan pasca 1965

Karya leila tidak pernah gagal, karya beliau memang fiktif tapi kisah yang didalamnya adalah nyata tindakan g30s tidak pernah usai begitu saja. Generasi penerus dari cap “komunis” yang merasakannya diasingkan bahkan diteror untuk sekedar bertanya dimana “orang-orang” tersebut. Dan lagi pula sejarah akan semakin dilupakan jika tidak mencatatnya dan orang orang akan malas belajar sejarah karna hanya sekedar mengetahui jika sejarah hanya itu-itu saja?

Bahwa sejarah yang asli mulai hilang dan berganti dengan sejarah yang mungkin sudah tercampur dengan legenda atau tangan-tangan berkuasa, jadi mungkin kita sebagai generasi muda bisa membiasakan menulis catatan meskipun sekedar kejadian hari ini yang dialami.

Oleh: Nisrina Nadaa Tsabitah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here