Surabaya, 14/08/2024 – Kejadian tak mengenakan ini terjadi saat kegiatan PBAK hari kedua tengah berlangsung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kegiatan yang semula berjalan kondusif, tiba-tiba dikagetkan dengan seorang peserta yang mengeluh sesak nafas. Untungnya, kesigapan para panitia dapat dengan cepat menangagani hal tersebut, dan kegiatan PBAK dapat tetap berlangsung dengan lancar. Belakangan diketahui peserta tersebut bernama Syaiful Bahri, anggota kelompok 12 yang diasuh oleh Ghazi, mahasiswa Ilmu Politik dan Haris, mahasiswi Hubungan Internasional. menurut kesaksian Ghazi, Syaiful memang sudah lama mengidap penyakit sejak kelas tiga SMP, namun belakangan baru diketahui ketika peristiwa ini terjadi “Syaiful punya riwayat semacam penyakit empedu gitu dari kelas tiga SMP, yang kalo kecapekan memang sesak gitu dadanya. Dan memang baru ketahuan tadi kalau dia punya riwayat” ujar Ghazi.
Dalam berlangsung nya kegiatan PBAK di FISIP ini diketahui bahwa pengecekan riwayat penyakit para peserta adalah bagian dari kewajiban panitia, terkhusus Penanggung Jawab (PJ) kelompok. Dalam kasus Syaiful, diketahui bahwa ia tidak mengkonfirmasi tentang penyakitnya kepada PJ kelompok nya “sebenarnya dari awal PBAK, kita PJ sudah menanyakan kesemua peserta apakah ada yang punya riwayat penyakit, tapi memang saat itu syaiful gak ngomong” jelas Ghazi. Hal ini kemudian dikonfirmasi oleh Syaiful yang mengaku bahwa ia memang memaksakan penyakitnya walau sudah dilarang oleh PJ kelompok nya “dari pagi emang udah agak negarasa sakit di dada. Sama PJ kelompok itu mba haris itu dibilang jangan ikut aja, tapi aku maksain karena udah biasa”. Kecerobohan syaiful lantas membuatnya harus dibawa dengan ambulan di tengah-tengah kegiatan.
Disamping dari peristiwa ini, kisah inspiratif hadir dari hubungan antara panitia dan peserta PBAK. Syaiful yang sebelumnya harus dilarikan ke puskesmas mengaku bahwa kesigapan dan sifat mengayomi para panitia turut berperan dalam kesembuhan nya untuk kembali mengikuti kegiatan PBAK, “saya merasa tanggapan panitia itu sangat responsif sekali, karena tidak tunggu lama langsung dijemput dan langsung dibawa ke puskesmas. Apalagi PJ kelompok saya memang dari hari sebelumnya sangat mengayomi”. Ungkapan bernada balasan yang menyentuh hatu muncul dari Ghazi selaku PJ kelompok dari Syaiful. Ia mengungkapkan bahwa pengayoman, kesigapan, dan bantuan dari para panitia terkhusus dirinya sebagai PJ adalah bukan semata-mata protokoler, melainkan datang dari ketulusan hati “kita PJ itu jadi malaikat nya anak-anak, kesusahan dalam hal apapun kita harus bantu, sesimpel bikin ID card aja kita bener-bener harus bantu, bahkan kemarin aku nganter anak kelompok ku service HP ke jemursari”.
Terakhir Ghazi menambahkan bahwa menjadi PJ kelompok dalam kegiatan PBAK adalah hal yang membuat hatinya merasa senang. Rasa kepedulian dan timbal balik antara anggota dan PJ kelompok merupakan hal yang indah dalam perjalanannya semasa persiapan PBAK “walaupun nguras tenaga dan pikiran, tapi dalam hati itu kita seneng. Ya ngurus anak-anak kan pasti capek, tapi kalo pas liat anaknya bilang terimakasih kita tuh seneng rasanya” ujar Ghazi.
Reporter:MYA dan ABG